Ini adalah hari pertama Gita masuk kerja di tempat kerjanya yang baru. Kurang lebih 4 tahun Gita bekerja di luar kota. Sebenarnya karir Gita sudah bagus ditempat kerjanya yang dulu tapi karena keluarga menginginkan Gita kembali ke kampungnya, meskipun berat dan dengan banyak pertimbangan akhirnya Gita mengajukan resign.
Tidak terlalu lama
menganggur Gita pun dapat kerjaan baru disebuah perusahaan yang bonafit.
Kebetulan lokasinya juga tidak jauh dari rumahnya hanya 10 menit jika ditempuh
dengan motor kesayangannya.
Perusahaan ini cukup
besar membawahi beberapa bagian atau bidang. Karyawan dari setiap bidang juga
banyak baik laki-laki ataupun perempuan. Gita sendiri diterima di perusahaan
tersebut sebagai karyawan dibagian personalia.
Sampai di depan pintu
masuk bagian personalia Gita kemudian mengetuknya dan masuk. Disitu sudah ada
pimpinan pesonalia dan sejumlah stafnya yang sedang bersiap-siap melakukan apel
pagi.
“Selamat pagi Pak..,”
sapaku pada pimpinan personalia
“selamat pagi, hari ini
hari pertama kamu bekerja kan?” kata pimpinan personalia
“Iya, pak”
“Sebentar lagi kita
akan mengikuti apel dulu, setelah itu khusus bagian personalia akan mengadakan
staf meeting, silahkan kamu ikut apel dulu”
“Baik, pak..”
Selesai apel semua
karyawan dan karyawati memasuki ruangnya masing-masing. Gita pun langsung
menuju rung kerja barunya. Tidak lama kemudian pimpinan personalia
mengisyaratkan agar semua karyawan menuju ruang meeting.
“Selamat pagi semua,
sebelum staf meeting ini dimulai, saya akan perkenalkan karyawan baru yaitu
Gita Ananda, silahkan mba Gita perkenalkan diri di depan teman-teman barunya?”
“Baik, terima kasih
waktunya, perkenalkan saya Gita, lengkapnya Gita Ananda. Saya sebenarnya asli
sini cuma empat tahun yang lalu saya merantau ke luar kota bekrja di salah satu
perusahaan iklan dikota itu. Saya pindah kesini karena ibu saya sendirian tidak
ada yang menjaga, mudah-mudahan saya disini diterima oleh teman-teman sekalian”
Semua karyawan bagian
personalia menyambut Gita dengan senyum senang, satu satu mereka bersalaman
sambil memperkenalkan diri. Tiba pada salah satu karyawan laki-laki yang
menyebutkan namanya Rio, Gita merasa risih. Tangan Rio erat sekali menjabat
tangan Gita. Pandangan matanya juga mengerling nakal. Pingin sekali Gita
menepiskan tangan itu tapi rasanya tidak sopan dan pasti akan jadi pusat
perhatian. Gita hanya terdiam dengan menahan kejengkelan.
Begitu staf meeting
selesai Gita ditunjukkan tempat duduknya oleh kepala sub bagian divisi
personalia dan dijelaskan juga apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Begitu
kagetnya Gita karena Kepala Sub Bagian Divisi memperkenalkan Gita dengan
laki-laki yang bernama Rio yang ternyata akan menjadi rekan kerja satu tim Gita
nantinya.
“Huff, kenapa harus
sama dia..,” gumam Gita dalam hati
“Hai, Gita..” sapa Rio
sok akrab
“Kita harus lebih
mengakrabkan diri, lo, karena nantinya kita akan jadi partner kerja..”
“Gita hanya terdiam dan
sedikit tersenyum”
Hari demi hari Gita
mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Namun, satu yang belum bisa
Gita terima adalah sifat partner kerjanya, Rio. Rio suka sekali mendekati Gita,
sengaja dia akan seret kursinya dan duduk disebelah Gita hanya ingin menatap
Gita dan melihat apa yang sedang Gita buat di laptopnya. Gita sangat risih
dengan kelakuan Rio, meski sudah menunjukkan sikap tidak sukanya kepada Rio,
tetap saja laki-laki itu mendekati Gita.
Ya, umur Gita memang
tidak muda lagi, sudah hampir memasuki kepala tiga. Diumurnya ini Gita belum
memiliki pacar bahkan untuk dekat dengan laki-lakipun Gita tergolong susah.
Gita sangat tidak suka laki-laki yang suka iseng, nakal dan kelihatan mata
keranjang dan itu ada pada diri Rio.
Wajar kalau Gita sangat
tidak menyukai Rio, jangankan untuk tertarik, untuk berteman saja Gita
sebenarnya tidak mau.
Pada suatu ketika Gita
mendapat tugas dari pimpinan untuk mengikuti pelatihan tentang manajemen
personalia di luar kota. Gita tidak ditugaskan sendiri melainkan dengan Rio.
“Alamat deh..” gerutu
Gita
Antara iya dan tidak
untuk mengikuti pelatihan itu. Gita yang tadinya bersemangat menjadi hilang
moodnya.
“Kenapa harus sama Rio”
Namun Gita juga tidak
punya hak untuk mengusulkan partner kerjanya yang ikut pelatihan bukan si Rio.
Gita hanya mengangguk dan menjawab siap ketika pimpinan memanggilnya dan
mengatakan tugas ini.
Berdua mereka pergi
keluar kota untuk mengikuti pelatihan. Rio membawa mobil sendiri karena tidak
mau menggunakan mobil perusahaan. Sebenarnya Gita enggan ikut dengan Rio, tapi
karena Gita juga tidak tahu alamatnya dan perjalanannya cukup jauh akhirnya
Gita pun mau menerima ajakan Rio untuk bareng.
Sepanjang perjalanan
Rio banyak bercerita tentang dirinya. Mulai dari perjalanan awal hidupnya
hingga sampai bekerja di perusahaan itu. Dia juga memberikan masukan-masukan
yang berharga untuk Gita. Bagaiman seharusnya Gita menghadapai rekan-rekan
kerjanya, Bagaimna Gita harus pandai dalam menyelesaiakan masalah, Bagaimana
harus kuat dan tahan banting menghadapi setiap tantangan kerjanya. Semua begitu
berkesan buat Gita. Gita sama sekali tidak menemukan keisengan dan kenakalan
Rio saat di perusahaan.Ya, Rio berubah jadi laki-laki yang teramat sopan dan
sangat wise.
Selama pelatihan Rio
juga sangat perhatian sama Gita. Berhubung ini adalah hal baru buat Gita
sementara Rio sudah beberapa kali mengikuti pelatihan seperti ini dan bertemu
dengan karyawan-karyawan dari perusahaan lainnya, Rio pun mengenalkan Gita
dengan sopannya. Sikap yang diperlihatkan Rio kelihatan sangat hati-hati dalam
menjaga Gita. Entah.. seperti ada rasa takut dalam diri Rio jika melepas Gita
sendiri.
Pelatihanpun selesai.
Saatnya esok hari kembali lagi beraktifitas seperti biasanya di perusahaan.
Semalaman Gita tidak bisa tidur, ada rasa yang aneh menjalar di hatinya. Entah
perasaan apa itu, Gita juga tidak tahu.
Begitu kembali masuk
kerja, tiba-tiba Gita melihat Rio kembali dengan sikap isengnya, colek-colek
dan godain karyawan wanita. Biasanya Gita merasa risih dan tidak suka tetapi
kali ini perasaan Gita seolah tidak terima, ya, dia cemburu, cemburu pada Rio.
Gita buru-buru menuju
meja kerjanya. Dia langsung buka laptop dan mencoba menenangkan perasaannya.
Namun, tetap saja Gita merasa tidak rela, tidak rela jika melihat Rio bercanda
ria dengan rekan kerja wanita di perusahaannya. Gita hanya terdiam, dia juga
tidak tahu apa yang mesti dia lakukan, Rio bukan kekasihnya, Rio bukan
miliknya.
“Sudah datang ya,
Git..” tanya Rio membuyarkan lamunan Gita.
Gita sama sekali tidak
tahu kalau Rio ternyata sudah berdiri didekatnya. Bahkan Gita tidak tahu kalau
Rio sedari tadi memperhatikannya.
“Git, boleh kita bicara
empat mata?”
“Ada yang pingin aku
omongin sama kamu, Git?”
“Tentang apa...”
“Tentang kita”
“Kita....”
“Ya, kita..”
Gita mengangguk setuju.
Keduanya menuju kantin dan memilih duduk di pojokan.
“Gita aku ingin ngomong
ke kamu, terserah apa tanggapan kamu, tapi apa yang aku omongin itu nyata Git?
“Sejak pertama kamu
datang di perusahaan ini, sejak itu aku begitu menyukaimu, tapi waktu itu aku
belum tahu siapa dan seperti apa kamu, aku hanya mencari cara agar mendapatkan
perhatianmu dengan isengin kamu, godain karyawan wanita disini, tujuannya agar
aku tahu bagaimana reaksi kamu”
“Aku jadi tahu kamu
tidak suka laki-laki seperti itu, dan itulah yang lebih membuat aku semakin
suka sama kamu, karena bagiku itu artinya kamu bukan tipe wanita yang suka
digodain, diisengin laki-laki”
“Git, akubenar-benar
menyukai kamu, sayang sama kamu...”
“Maukah kamu menjadi
kekasihku, menjalani hidup bersamaku?”
Gita hanya terdiam,
tidak tahu harus ngomong apa. Namun dalam hatinya ada rasa bahagia yang dalam.
“Meski kamu diam aku
tahu kamu juga punya perasaan yang sama kaya aku..”
Rio meraih jari jemari
Gita, Gita pun tidak menepisnya
“Mulai saat ini kita
akan menjadi sepasang kekasih yang selalu bahagia” Bisik Rio mesra
Posting Komentar