Kutemukan Cinta Di balik Keisenganmu


 
Foto Pexels.com

Ini adalah hari pertama Gita masuk kerja di tempat kerjanya yang baru. Kurang lebih 4 tahun Gita bekerja di luar kota. Sebenarnya karir Gita sudah bagus ditempat kerjanya yang dulu tapi karena keluarga menginginkan Gita kembali ke kampungnya, meskipun berat dan dengan banyak pertimbangan akhirnya Gita mengajukan resign. 

Tidak terlalu lama menganggur Gita pun dapat kerjaan baru disebuah perusahaan yang bonafit. Kebetulan lokasinya juga tidak jauh dari rumahnya hanya 10 menit jika ditempuh dengan motor kesayangannya. 

Perusahaan ini cukup besar membawahi beberapa bagian atau bidang. Karyawan dari setiap bidang juga banyak baik laki-laki ataupun perempuan. Gita sendiri diterima di perusahaan tersebut sebagai karyawan dibagian personalia. 

Sampai di depan pintu masuk bagian personalia Gita kemudian mengetuknya dan masuk. Disitu sudah ada pimpinan pesonalia dan sejumlah stafnya yang sedang bersiap-siap melakukan apel pagi.

“Selamat pagi Pak..,” sapaku pada pimpinan personalia

“selamat pagi, hari ini hari pertama kamu bekerja kan?” kata pimpinan personalia

“Iya, pak”

“Sebentar lagi kita akan mengikuti apel dulu, setelah itu khusus bagian personalia akan mengadakan staf meeting, silahkan kamu ikut apel dulu”

“Baik, pak..”

Selesai apel semua karyawan dan karyawati memasuki ruangnya masing-masing. Gita pun langsung menuju rung kerja barunya. Tidak lama kemudian pimpinan personalia mengisyaratkan agar semua karyawan menuju ruang meeting.

“Selamat pagi semua, sebelum staf meeting ini dimulai, saya akan perkenalkan karyawan baru yaitu Gita Ananda, silahkan mba Gita perkenalkan diri di depan teman-teman barunya?”

“Baik, terima kasih waktunya, perkenalkan saya Gita, lengkapnya Gita Ananda. Saya sebenarnya asli sini cuma empat tahun yang lalu saya merantau ke luar kota bekrja di salah satu perusahaan iklan dikota itu. Saya pindah kesini karena ibu saya sendirian tidak ada yang menjaga, mudah-mudahan saya disini diterima oleh teman-teman sekalian”

Semua karyawan bagian personalia menyambut Gita dengan senyum senang, satu satu mereka bersalaman sambil memperkenalkan diri. Tiba pada salah satu karyawan laki-laki yang menyebutkan namanya Rio, Gita merasa risih. Tangan Rio erat sekali menjabat tangan Gita. Pandangan matanya juga mengerling nakal. Pingin sekali Gita menepiskan tangan itu tapi rasanya tidak sopan dan pasti akan jadi pusat perhatian. Gita hanya terdiam dengan menahan kejengkelan. 

Begitu staf meeting selesai Gita ditunjukkan tempat duduknya oleh kepala sub bagian divisi personalia dan dijelaskan juga apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Begitu kagetnya Gita karena Kepala Sub Bagian Divisi memperkenalkan Gita dengan laki-laki yang bernama Rio yang ternyata akan menjadi rekan kerja satu tim Gita nantinya.

“Huff, kenapa harus sama dia..,” gumam Gita dalam hati 
“Hai, Gita..” sapa Rio sok akrab
“Kita harus lebih mengakrabkan diri, lo, karena nantinya kita akan jadi partner kerja..”
“Gita hanya terdiam dan sedikit tersenyum”

Hari demi hari Gita mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Namun, satu yang belum bisa Gita terima adalah sifat partner kerjanya, Rio. Rio suka sekali mendekati Gita, sengaja dia akan seret kursinya dan duduk disebelah Gita hanya ingin menatap Gita dan melihat apa yang sedang Gita buat di laptopnya. Gita sangat risih dengan kelakuan Rio, meski sudah menunjukkan sikap tidak sukanya kepada Rio, tetap saja laki-laki itu mendekati Gita.

Ya, umur Gita memang tidak muda lagi, sudah hampir memasuki kepala tiga. Diumurnya ini Gita belum memiliki pacar bahkan untuk dekat dengan laki-lakipun Gita tergolong susah. Gita sangat tidak suka laki-laki yang suka iseng, nakal dan kelihatan mata keranjang dan itu ada pada diri Rio.
Wajar kalau Gita sangat tidak menyukai Rio, jangankan untuk tertarik, untuk berteman saja Gita sebenarnya tidak mau.

Pada suatu ketika Gita mendapat tugas dari pimpinan untuk mengikuti pelatihan tentang manajemen personalia di luar kota. Gita tidak ditugaskan sendiri melainkan dengan Rio. 

“Alamat deh..” gerutu Gita
Antara iya dan tidak untuk mengikuti pelatihan itu. Gita yang tadinya bersemangat menjadi hilang moodnya.
“Kenapa harus sama Rio” 

Namun Gita juga tidak punya hak untuk mengusulkan partner kerjanya yang ikut pelatihan bukan si Rio. Gita hanya mengangguk dan menjawab siap ketika pimpinan memanggilnya dan mengatakan tugas ini.

Berdua mereka pergi keluar kota untuk mengikuti pelatihan. Rio membawa mobil sendiri karena tidak mau menggunakan mobil perusahaan. Sebenarnya Gita enggan ikut dengan Rio, tapi karena Gita juga tidak tahu alamatnya dan perjalanannya cukup jauh akhirnya Gita pun mau menerima ajakan Rio untuk bareng.

Sepanjang perjalanan Rio banyak bercerita tentang dirinya. Mulai dari perjalanan awal hidupnya hingga sampai bekerja di perusahaan itu. Dia juga memberikan masukan-masukan yang berharga untuk Gita. Bagaiman seharusnya Gita menghadapai rekan-rekan kerjanya, Bagaimna Gita harus pandai dalam menyelesaiakan masalah, Bagaimana harus kuat dan tahan banting menghadapi setiap tantangan kerjanya. Semua begitu berkesan buat Gita. Gita sama sekali tidak menemukan keisengan dan kenakalan Rio saat di perusahaan.Ya, Rio berubah jadi laki-laki yang teramat sopan dan sangat wise.

Selama pelatihan Rio juga sangat perhatian sama Gita. Berhubung ini adalah hal baru buat Gita sementara Rio sudah beberapa kali mengikuti pelatihan seperti ini dan bertemu dengan karyawan-karyawan dari perusahaan lainnya, Rio pun mengenalkan Gita dengan sopannya. Sikap yang diperlihatkan Rio kelihatan sangat hati-hati dalam menjaga Gita. Entah.. seperti ada rasa takut dalam diri Rio jika melepas Gita sendiri.

Pelatihanpun selesai. Saatnya esok hari kembali lagi beraktifitas seperti biasanya di perusahaan. Semalaman Gita tidak bisa tidur, ada rasa yang aneh menjalar di hatinya. Entah perasaan apa itu, Gita juga tidak tahu.

Begitu kembali masuk kerja, tiba-tiba Gita melihat Rio kembali dengan sikap isengnya, colek-colek dan godain karyawan wanita. Biasanya Gita merasa risih dan tidak suka tetapi kali ini perasaan Gita seolah tidak terima, ya, dia cemburu, cemburu pada Rio.

Gita buru-buru menuju meja kerjanya. Dia langsung buka laptop dan mencoba menenangkan perasaannya. Namun, tetap saja Gita merasa tidak rela, tidak rela jika melihat Rio bercanda ria dengan rekan kerja wanita di perusahaannya. Gita hanya terdiam, dia juga tidak tahu apa yang mesti dia lakukan, Rio bukan kekasihnya, Rio bukan miliknya. 

“Sudah datang ya, Git..” tanya Rio membuyarkan lamunan Gita.
Gita sama sekali tidak tahu kalau Rio ternyata sudah berdiri didekatnya. Bahkan Gita tidak tahu kalau Rio sedari tadi memperhatikannya. 

“Git, boleh kita bicara empat mata?” 
“Ada yang pingin aku omongin sama kamu, Git?”
“Tentang apa...”
“Tentang kita”
“Kita....” 
“Ya, kita..”
Gita mengangguk setuju. Keduanya menuju kantin dan memilih duduk di pojokan.
“Gita aku ingin ngomong ke kamu, terserah apa tanggapan kamu, tapi apa yang aku omongin itu nyata Git?
“Sejak pertama kamu datang di perusahaan ini, sejak itu aku begitu menyukaimu, tapi waktu itu aku belum tahu siapa dan seperti apa kamu, aku hanya mencari cara agar mendapatkan perhatianmu dengan isengin kamu, godain karyawan wanita disini, tujuannya agar aku tahu bagaimana reaksi kamu”
“Aku jadi tahu kamu tidak suka laki-laki seperti itu, dan itulah yang lebih membuat aku semakin suka sama kamu, karena bagiku itu artinya kamu bukan tipe wanita yang suka digodain, diisengin laki-laki”
“Git, akubenar-benar menyukai kamu, sayang sama kamu...”
“Maukah kamu menjadi kekasihku, menjalani hidup bersamaku?”
Gita hanya terdiam, tidak tahu harus ngomong apa. Namun dalam hatinya ada rasa bahagia yang dalam.
“Meski kamu diam aku tahu kamu juga punya perasaan yang sama kaya aku..”
Rio meraih jari jemari Gita, Gita pun tidak menepisnya
“Mulai saat ini kita akan menjadi sepasang kekasih yang selalu bahagia” Bisik Rio mesra
Share:

Posting Komentar

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes